(Artikel ini muat di tabloid Cakrawala Ed. 10)
Sumber: Instagram @himpsipusat
“Sudah semakin
banyak ya yang positif corona, aku takut, kalo nanti aku kena corona gimana.”
Mungkin kalimat tersebut sering kita
dengar selama wabah corona berlangsung mulai awal Maret 2020. Tahun 2020 begitu
spesial, mengapa??. tak disangka ditahun ini ratusan negara mengalami keadaan
yang tidak diduga sebelumnya. Ya… wabah corona atau virus covid 19 menjadi
permasalahan yang harus segera diselesaikan. Berbagai negara berupaya untuk
mengurangi dan menghilangkan penyebaran virus. Salah satu negara yang terdampak
virus corona adalah bangsa kita, Indonesia. Berbagai instansi
berbondong-bondong memberikan edukasi terkait corona, himbauan mencuci tangan
dimana-mana, etika bersin digalangkan, dan physical distancing akhirnya diterapkan. Himbauan pemerintah Indonesia untuk
bekerja dari rumah, sekolah dari rumah diterapkan untuk mengurangi penyebaran
virus.
Adanya himbauan pemerintah Indonesia agar masyarakatnya bekerja, belajar,
dan beraktivitas dirumah memberikan dampak positif dan negative. Salah satu
dampak negatif adanya wabah dan kebijakan tersebut adalah timbulnya stress,
kecemasan, kepanikan pada individu. Rasa takut, panik, cemas adalah respon yang
wajar. Namun, jika berkepanjangan dan bertahan lama tentunya perlu
dikonsultasikan ke psikolog atau psikiater.
Menurut WHO (2004), kesehatan mental
adalah suatu keadaan di mana individu
menyadari kemampuannya sendiri serta dapat mengatasi tekanan kehidupan yang
normal, bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi kepada
komunitasnya. Penting bagi kita untuk menjaga kesehatan mental. Psikoneuroimunologi merupakan konsep terintegrasi mengenai
fungsi regulasi-imun
untuk mempertahankan homeostasis (Nurdin, 2010). Pendekatan psikoneuroimunologi
telah membuktikan bahwa keadaan mental berpengaruh terhadap kondisi fisik,
salah satunya adalah kecemasan dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh.
Di tengah pandemi yang sedang
berlangsung ini, jika imunitas atau sistem kekebalan tubuh kita menurun maka
mudah sekali penyakit menyerang tubuh kita. Stres yang terjadi akibat dampak psikologis berupa trauma dapat
memodulasi beberapa sistem fisiologis tubuh seperti sistem endokrin dan sistem
imun. Hal ini dapat menyebabkan individu yang stres rentan terkena penyakit
infeksi (Quamilla, 2016). Selain itu, kalau kita cemas dan takut berlebihan,
logika kita juga akan tumpul dan bekerja tidak optimal. Tidak heran akhirnya
berita-berita hoax masuk tanpa
penyaringan logika sehat dan akhirnya menambah kecemasan. Oleh karena itu,
selain menjaga kesehatan fisik dengan mencuci tangan, menjaga jarak, dan makan
makanan yang sehat, kita juga harus menjaga kesehatan mental.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan bekerjasama dengan organisasi
Himpsi (Himpunan Psikologi Indonesia) adalah layanan sehat jiwa (SEJIWA).
SEJIWA adalah sebuah layanan konseling online secara gratis selama masa pandemi
covid berlangsung. Tentunya upaya tersebut sangat membantu masyarakat. Masyarakat
bisa mengakses layanan tersebut dengan menelepon 199 ekstensi 8. Masyarakat
yang mengalami kecemasan, kepanikan, ketakutan, stres atau masalah psikologis
lainnya dapat terhubung langsung dengan psikolog secara online. Masyarakat bisa
berkonsultasi mengenai keadaan dan permasalahannya saat ini. Namun, sangat
disayangkan kesadaran masyarakat akan kesehatan mental di Indonesia ini masih
kurang. Masih ada stigma bahwa ketika orang datang ke psikolog atau psikiater
berarti dia punya masalah besar, dan mendapat label orang gila. Nah sebetulnya hal tersebut perlu dihilangkan. Kita
sebagai masyarakat yang sadar akan kesehatan mental, kita hendaknya memberikan
dukungan dan motivasi bukan langsung mengejudge.
Lalu siapa yang tahu pasti mengenai kondisi kesehatan mental kita??. Tentunya diri
kita sendiri yang paham mengenai kondisi kita. Oleh karena itu, sadari apa yang
tubuh kalian rasakan. Jika kalian merasa cemas, takut, atau mengalami gangguan
psikologis lain, yang mana kalian tidak bisa mengatasinya tidak perlu ragu untuk
berkonsultasi langsung dengan psikolog atau psikiater. Mari menjaga kesehatan
mental kita, jika bukan mulai dari sekarang, mau kapan lagi??.
MarwahR.
Daftar Pustaka:
Nurdin, Adnil Edwin. 2010. PENDEKATAN
PSIKONEUROIMUNOLOGI. Majalah
Kedokteran Andalas. Vol 34, No 2, 90-101.
Quamilla, Nadia.
2016. Stres Dan Kejadian Periodontitis (Kajian Literatur). Journal Of Syiah Kuala Dentistry Society, Vol. 1, No. 2, hal.
161-168.
World Health Organization. 2004. Promoting Mental Health. Ganeva: WHO library Cataloguing.
Komentar
Posting Komentar